Adnan Ibrahim (1966 M – 1386 H); seorang pemikir muslim asal Palestina. Ia dilahirkan di Ghaza. Ia juga seorang khatib Jumat yang dikenal luas di Eropa. Banyak kalangan menilainya sebagai pencetus wacana agama yang mencerahkan. Ia menguasai filsafat, pendidikan, sastra dan sebagainya. Menguasai berbagai bahasa, seperti Arab, Inggris, Jerman, Serbia-Kroasia dan lain-lain.
Adnan Ibrahim adalah seorang khatib di masjid Syura, Wina – Austria. Ia juga Ketua Asosiasi Dialog Peradaban di Wina. Ia menyampaikan berbagai kajian keagamaan dan ilmiah di masjid tersebut. Banyak pemikiran, pendapat, dan lontaran-lontaran idenya yang mengundang perdebatan.
Banyak pihak yang menilainya sebagai pemikir muslim reformis terkemuka dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah. Ia berpendapat bahwa reformasi dan dialog antara Sunnah dan Syiah adalah solusi terbaik untuk membangun umat Islam. Ia juga dikenal karena ceramahnya tentang atheisme dan faktor-faktor yang menyebabkan sebagian orang Islam terjebak ke jalan itu. Semua itu mendorongnya untuk menyampaikan banyak sekali kajian dan ceramah tentang atheisme sebagai respon ilmiah dan bantahan terhadap mereka yang meragukan eksistensi Allah SWT. Ia memiliki sentuhan filosofis dan sudut pandang tersendiri dalam melihat wacana-wacana keagamaan.
Kelahiran dan kehidupannya
Adnan dilahirkan dalam keluarga yang miskin di perkemahan an-Nushairat tepi Ghaza. Di sana ia menempuh pendidikan dasar, menengah dan atas di sekolah-sekolah UNRWA. Setelah itu ia berangkat ke Yugoslavia untuk belajar kedokteran di beberapa perguruan tinggi di sana. Karena terjadi perang suadara di Balqan, akhirnya ia pindah ke Austria (Wina) di awal tahun 90-an dan melanjutkan pendidikan kedokteran di sana.
Adnan kecil adalah seorang anak yang sangat rajin ke masjid dan hadir di berbagai halaqah ilmu dan zikir. Sejak kecil ia sudah menghafal al-Quran. Ia sangat suka membaca dan menelaah. Di samping kesukaannya pada ilmu-ilmu agama, ia juga suka mempelajari filsafat, ilmu sosial, psikologi, fisika, sejarah dan ilmu perbandingan agama.
Saat ini, Adnan tinggal di Wina dan memberikan kuliah di beberapa universitas di sana. Ia menikah dengan seorang wanita Palestina dan memiliki 7 orang anak; 5 perempuan dan 2 laki-laki. Sejak kecil ia rajin mengkaji berbagai disiplin keilmuan, bahkan ilmu-ilmu yang cukup berat bagi anak seusianya. Yang unik, ia pernah meringkaskan buku The Origin of Species (Asal Usul Spesies) karya Darwin saat usianya masih 11 tahun. Adnan menceritakan tentang dirinya ketika kecil bahwa ia pernah berdialog dengan salah seorang pemikir komunis terkenal di Ghaza dan ia mampu membungkamnya dengan argumen-argumen yang kuat. Sejak saat itu, orang tersebut mendapat hidayah dan menjadi pengunjung masjid yang taat. Ia juga menceritakan bahwa ia pernah diancam akan dibunuh oleh beberapa aktivis komunis di Ghaza.
Profesinya
Adnan Ibrahim mendapat gelar sarjana (S1) dalam pengkajian Islam dari Institut Imam al-Auza’i Lebanon. Ia menyelesaikan skripsinya dengan prediket memuaskan. Ia menyelesaikan program master (S2) di Wina – Austria. Gelar Master dan Doktor ia dapatkan pada tahun 2014 dari Universitas Wina. Tesis S2 nya berbicara tentang usia Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar ketika digauli oleh Rasulullah saw. Sementara disertasinya berbicara tentang “Kebebasan Berakidah dan Segala Penghalangnya dalam Tinjauan Al Quran”. Ia menjadi salah seorang dosen di Akademi Islam di Wina. Di sana ia mengajarkan ilmu musthalah hadits, ilmu Quran, tafsir, fiqih, ushul fiqih dengan dua mazhabnya; mazhab Syafi’I dan Hanafi, serta ilmu-ilmu akidah.
Ia banyak ikut serta dalam berbagai konferensi dan seminar yang diadakan di berbagai negara. Ia bertemu dengan banyak para ulama senior seperti Thayyib al-Musharrati, Ahmad Ali al-Imam, Isham al-‘Athtar, al-Muqri` al-Idrisi Abu Zaid, di samping para ilmuwan dan pemikir dari Barat yang sering berjumpa dan berdialog langsung dengannya.
Bersama beberapa sahabatnya, ia mendirikan Asosiasi Dialog Peradaban di Wina pada tahun 2000. Ia langsung yang mengetuai asosiasi tersebut. Dari Asosiasi ini kemudian lahirlah masjid Syura tempat ia menyampaikan khutbah dan berbagai kajian. Sebelumnya, ia sempat ‘diusir’ dari masjid Hidayah, tempat dimana ia menyampaikan khutbah dan pengajian selama lebih kurang 1o tahun (dari tahun 1991 sampai 2000). Dalam salah satu pengajiannya, ia menyebutkan bahwa pengurus masjid Hidayah menyampaikan kepada beberapa orang bahwa penyebab ia ‘diusir’ dari masjid tersebut lebih bersifat politis. Ia dinilai telah menghasut masyarakat dan berbagai bangsa untuk segera bangkit dan bangun dari mimpi.
Kehadirannya di media sosial
Adnan Ibrahim menyajikan empat acara televisi di Channel TV Rotana Khalijiyah, yaitu program “Dialah Allah”, yang ditayangkan pada bulan Ramadhan tahun 2012, program “Rahmat lil ‘Alamin” yang ditayangkan pada bulan Ramadhan tahun 2013, dan program “Afaq” di channel yang sama. Ia juga menyajikan program “Agar Hatiku Tenang” pada bulan Ramadhan tahun 2015 bersama Pembawa Acara: Sa’ud ad-Dausari. Adnan juga tampil dalam acara dialog terbuka bersama Ghassan bin Jadw di channel TV al-Jazeerah pada tahun 2010. Ia juga menjadi tamu pada acara al-‘Umq bersama Ali Zhafiri di tahun 2012. Menjadi tamu Nadin al-Badir selama dua minggu berturut-turut dalam acara Ittijahat di channel Rotana Khalijiah bersama Syekh Ahmad al-Mu’abbi dari Arab Saudi. Menjadi tamu Abdullah al-Mudaifar dalam acara Fi ash-Shamim pada tahun 2013. Juga program al-Uswah al-Hasanah pada bulan Ramadhan tahun 2014 di channel Rotana Khalijiah.
Di awal tahun 2015 ia diundang dalam sebuah acara dialog oleh channel TV Belanda; NPO. Ia berbicara tentang Islam. Ia juga menjadi tamu dalam acara ash-Shahwah bersama Ahmad al-‘Arfaj selama bulan Ramadhan tahun 2016.
Pemikirannya
Adnan meyakini bahwa Islam tidak bertentangan dengan akal pikiran. Adnan sangat menentang fanatisme agama dan bahkan menjadikan agama sebagai pembenaran untuk tindakan-tindakan kekerasan. Ia melihat bahwa Islam telah dirampas dan menjadi hegemoni para syaikh serta aliran-aliran keras yang bertentangan dengan prinsip-prinsip utama Islam.
Ia banyak memberikan berbagai ceramah, diantaranya: “Rasulullah saw dan Pedang”. Dalam ceramah itu ia menjelaskan tentang sikap Islam terhadap berbagai agama dan peradaban lain serta apa hakikat sesungguhnya dari jihad. Dalam ceramahnya tentang khitan untuk anak perempuan ia sependapat dengan para ulama yang tidak setuju dengan praktek tersebut.
Ia juga memiliki silsilah kajian ilmiah seperti kajian tentang hakikat filsafat, kajian tentang teori Evolusi, kajian dengan judul “Palu Argumen dan Kaca Atheisme” dan lain-lain. Ia juga memberikan kajian dalam rangka memperingati 9 abad meninggalnya Imam Abu Hamid Al-Ghazali dengan judul: “Al-Ghazali; Seorang Pencari Hakikat”. Ia lebih banyak menggunakan kritik ilmiah filosofis terhadap berbagai masalah, khususnya masalah atheisme, baik atheis awam maupun atheis filosof seperti aliran yang dikembangkan oleh Friedrich Nietzsche, Kant dan lain-lain.
Ia tidak punya buku yang dicetak luas. Sebagian besar karyanya tersedia di internet dan di situs pribadinya. Sejak beberapa tahun terakhir, seluruh khutbah jumatnya disebarkan secara luas melalui media internet. Ia punya banyak follower. Ia dikenal dengan keberpihakannya kepada revolusi Arab sejak awal kemunculannya. Ia mengkritik pihak-pihak yang mengharamkan pemberontakan terhadap penguasa (yang zalim). Ia juga menyampaikan sebuah khutbah di awal revolusi tersebut tentang Bouazizi yang berbicara tentang apakah ia syahid atau bunuh diri.
Ia termasuk yang sangat kagum pada teori Charles Darwin. Ia menyebutkan bahwa teori tersebut seolah menyihirnya sejak ia kecil. Ia siap untuk sepakat 99% dengan substansi teori itu, tapi ia berbeda 1% saja, yaitu bahwa manusia bukan berasal dari chimpanzee atau kera. Manusia dan makhluk-makhluk yang lain mungkin saja mengalami evolusi dan perkembangan berdasarkan kepada dalil-dalil dari al-Quran. Ia yakin bahwa hal ini tidak bertentangan dengan gambaran yang diberikan al-Quran.
Diantara karyanya
Palu Argumen dan Kaca Atheis
Pengenalan tentang Pembahasan Filsafat
Teori Darwin (Pendukung dan Penentangnya)
Muawiyah Dalam Sorotan
Dalam berbagai khutbah dan ceramahnya, ia juga menyinggung beberapa tokoh seperti Abu Hamid al-Ghazali, al-‘Allamah Dr. Ramadhan al-Buthi, Hasan bin Farhan al-Maliki, Thariq Suwaidan, Muhamamd Baqir ash-Shadr, Mushtafa Mahmud, Ali Syari’ati, Thomas Edison, George Bernard Shaw, Leo Tolstoy, William Lane Craig, Dr. Suhail Zakkar, Sayyid Hasan as-Saqqaf, Dr. Usamah Sayyid a-Azhari, al-Habib Ali Jufri, dan lain-lain.

Yendri Junaidi

تعاليق

تعاليق الفايسبوك

أضف تعليق

اترك رد

%d مدونون معجبون بهذه: